perancanaan

Puji Syukur Kehadirat ALLAH SWT, atas berkat Rahmat dan Karunia – Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan judul Analisa Kinerja Biaya Dan Waktu Pada Proyek Pembangunan Show Room dan Workshop NISSAN PT. Wahana Megah Putra Makassar. Tugas akhir ini disusun sebagai persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan Diploma III pada jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Ujung Pandang Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghagaan yang tinggi kepada : 1. Bapak Ramlan Sultan, ST selaku pembimbing I dan Bapak Ir. Basyar Bustan, MT selaku pembimbing II yang banyak memberikan petunjuk dan arahan dalam penulisan tugas akhir ini. 2. Direktur Politeknik Negeri Ujung Pandang, Bapak Ir. Muhammad Suradi M.Eng,ST, beserta staf. 3. Ketua Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Ujnung Pandang,Bapak Ir. Basyar Bustan,MT, beserta staf. 4. Bapak Ir. Akhmad Asis, MT selaku Ketua Penguji, Bapak Jhon Asik,S.ST, selaku Sekretaris Penguji serta Ibu Martha Manganta, ST,dan Bapak A. Muhammad Subhan Saybi, S.ST, Yang banyak memberikan saran yang bersifat konstruktif 5. Bapak Jabair, ST. dan segenap dosen Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Ujung Pandang . 6. Bapak Ir. Bagus, SM. Selaku Konsultan PT. TRIEKA VISIPRATAMA 7. Bapak Ir. Arfandy Sutedja selaku kontraktor PT. ANEKA BANGUN PERSADA 8. Kedua Orang tua kami tercinta serta rekan – rekan sipil 02 yang senantiasa memberi doa dan semangat. 9. Semua pihak yang tak dapat kami sebut satu per satu Dengan kerendahan hati penulis mempersembahkan tugas akhir ini, meskipun masih banyak kekurangan – kekurangan yang tidak terjangkau oleh pengetahuan kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran demi penyempurnaan tugas akhir ini. Akhirnya, penulis berharap semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Powered By Blogger

Minggu, 27 Februari 2011


BAB I
PENDAHULUAN

I.1       Latar Belakang Masalah
   Tanah merupakan salah satu bahan konstruksi yang harus di perhatikan peranannya. Bangunan urugan, tanggul sungai, dan timbunan jalan raya, kesemuanya menggunakan tanah yang ekonomis sebagai bahan konstruksi walau demikian, sama halnya dengan konstruksi lainnya,tanah harus di pakai setelah melalui proses pengen dalian mutu. Salah satunya adalah dengan cara melakukan pemadatan agar diperoleh tanah yang setabil dan bernilai setruktural. Kekuatan tanah dasar yang baik akan mendukung kekuatan setruktur di atasnya, dimana kekuatannya dapat diperoleh dengan cara melakukan pemadatan.
 Kepadatan tanah dasar di pengaruhi antara lain oleh besar kecilnya energi pemadatan yang di berikan. Akan tetapi, peningkatan energi yang di berikan pada peroses pemadatan tidak berpengaruh secara linear pada peningkatan kepadatan tanah. Hal ini di buktikan pada kasus-kasus di mana pemadatan berlebihan pada  tanah justru menyebabkan struktur tanah menjadi rusak dan tidak mencapai kepadatan maksimum yang di harapkan.
Usaha pemadatan dan energi pemadatan adalah tolak ukur energi mekanis yang dikerjakan terhadap suatu masalah tanah. Di lapangan, usaha pemadatan ini di hubungkan dengan jumlah jatuhnya dari benda-benda jatuhnya, energi dalam suatu ledakan, dan hal-hal yang serupa untuk suatu volume tanah tertentu. Energi pemadatan jarang merupakan bagian dari sepesifikasi dari pekerjaan tanah karna sangat sukar di ukur.
 Yang sering di isyarakatkan adalah jenis peralatan yang sering di gunakan,  jumlah gilasan, atau yang paling sering adalah hasil akhir berupa berat isi kering. Dengan pertimbangan bahwa energi pemadatan yang di berikan penentuan besar kecilnya biaya pekerjan pemadatan,  maka perlu di hitung jumlah lintasan ( besar energi ) yang di perlukan untuk mencapai kepadatan maksimum suatu jenis tanah.
Berdasarkan uraian di atas, maka kami tertarik untuk mengadakan penelitian dan mengankat  l judul tugas akhir yaitu “ PEMANFAATAN SIRTU ALAM SUNGAI JENE BERANG SEBAGAI TANAH TIMBUNAN PILIHAN JALAN MIDLE RING ROAD PADA PT. DAYA CREASI MITRA YASA MAKASSAR”

I.2  RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka di rumuskanlah masalah berikut ini :
1.    Pengujian pemanfaatan sirtu terhadap, kepadatan timbunan pilihan.
2.    Pengujian pemadatan terhadap, perubahan energi pemadatan.

I.3  TUJUAN PENELITIAN
1.   Memperoleh pemanfaatan sirtu pilihan  
2.   Memperoleh berat energi lapisan tanah dan energi pemadatan sirtu pilihan.

I.4  MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian ini di harapkan dapat di jadikan acuan pada pelaksanaan pemadatan tanah jenis sirtu pilihan yang digunakan untuk timbunan tanah dasar jalan.








BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1              TANAH SEBAGAI BAHAN KONSTRUKSI
Tanah merupakan salah satu bahan konstruksi yang langsung tersedia di lapangan, dan apabila dapat di gunakan akan sangat ekonomis. Bendungan, tanggul sungai, dan timbunan jalan raya serta jalan kereta api, kesemuaanya merupakan pemakaian tanah yang ekonomis sebagai bahan konsteruksi, walaupun demikian sama halnya seperti bahan konsruksi lainnya, tanah harus di pakai setelah melalui peruses pengendalian mutu. Apa bila tanah di padatkan secara sembarangan, hasilnya akan merupakan struktur yang rusak dan tidak mencapai kepadatan maksimum.

2.2              KLASIFIKASI TANAH
Klasifikasi tanah merupakan cara untuk menentukan jenis tanah. Ada beberapa sistem klasifikasi yang telah di kembangkan, masing-masing untuk tujuan kuhusus dengan beberapa ke untungan dan kerugian tertentu. Untuk menghindari kesulitan dalam pengklasifikasian tanah,maka di gunakan sistem klasifikasi yang relatif sederhana dengan beberapa kategori saja, sehinga suatu batuan dan tanah tertentu diungkapkan dengan beberapa nilai numeris dari beberapa penguji fisik tertentu, yang di sebut sebagai sifat-sifat indeks, atau yang di sebut sebagai pengujian-pengujian klasifikasi.
Salah satu cara yang paling umum di gunakan untuk pengklasifikasian tanah adalah cara USCS, yang di dasarkan pada sifat tekstur tanah. Pada cara ini tanah di kelompokkan dalam tiga kelompok, yaitu:
1.         Tanah berbutir kasar ( lolos saringan no.200<50% )
2.         Tanah berbutir halus ( lolos saringan no.20>50% )
3.         Tanah organis
Tanah di bagi dengan simbol-simbol tertentu sebanyak 15 simbol, yaitu :

-                      Simbol komponen :
G ( gravel )                                :        kerikil
S ( sand )                                   :        pasir
M ( mo )                                    :         lanau
C ( clay )                                    :         lempung
O ( organik )                             :         organis
Pt ( peat )                                  :         humus
-                      Simbol Gradasi :
W ( well graded )                     :         bergradasi baik
P ( poorly graded )                  :         bergradasi buruk
-                      Symbol Batas cair :
H ( high )                                   :         tinggi
L ( low )                                     :         rendah
1.    Tanah Berbutir Kasar
Tanah Berbutir Kasar di bagi lagi atas 2 bagian yaitu :
·           Kerikil dan tanah kerikil ( G )
Yang termaksuk dalam kerikil adalah tanah yang mempunyai persentase lolos saringan no.  4<50 % untuk ini di bagi atas 2 kelompok, yaitu :

a.         Kerikil bersih ( tampa sedikit mengandung bahn halus ), yangterdiri dari jenis GW dan GP dengan persentase lolos saringan no. 200 < 5 % kerikil, kerikil campur pasir pasir bergeradasi baik tampa atau dengan sedikit bahan halus. Syarat yang harus di punuhi untuk jenis GW adalah :

sedangkan GP adalah kerikil, kerikil campur pasir bergeradasi buruk tanpa atau dengan sedikit bahan halus. Untuk jenis GP tidak di temukan semua persyaratan gradasinya.
b.        Kerikil dengan bahan halus ( banyak mengandung bahan halus ), yang terdiri dari jenis GM dan GC dengan persentase lolos saringan no. 200 > 12 % yang memiliki plastisitas rendah atau non pelastis.
GM adalah kerikil lanau, kerikil campuran pasir dan lanau. Batas cair dan indeks pelastis terlekak di bawa garis A atau PI < 4 . biaasanya kelompok ini tidak mempunyai kekuatan kering atau hanya sedikit sekali. Dan untuk penamaannya di belakang atas dua yaitu dengan menambahkan huruf “d” jika batas cair < 25% dengan indeks plastisitas < 5% dan menambahkan huruf “u” untuk kebalikannya, misalnya GMd atau GMu.
Sedangkan GC adalah kerikil lempung, kerikil campur pasir dan lempung. Batas cair dan indeks plastis terletak di atas garis A atau PI > 7.

·           Pasir dan tanah kepasiran ( S )
Yang termaksut dalam kerdalam kerikil adalah tanah yang mempunyai persentase lolos saringan no. 4 > 50%  atas jenis ini di bagi atas dua kelompok yaitu :

a.         Pasir berih ( tampa atau sedikit mengandung bahan halus ), yang terdiri dari jenis SW dan SP dengan persentase lolos saringan no. 200 < 5% SW adalah pasir, pasir kerikil bergradasi baik tampa atau sedikit bahan halus. Syarat yang harus dipenuhi untuk jenis SW adalah :


Sedangkan SP adalah pasir, pasir kerikil bergradasi buruk tampa atau dengan sedikit bahan halus. Untuk jenis SP tidak di temukan semua persyaratan gradasinya.
b.        Kerikil dengan bahan halus ( banyak mengan dung bahan halus ), yang terdiri dari jenis SM dan SC dengan persentase lolos saringan no. 200 > 12% yang memiliki plastisitas rendah atau  non plastis. Batas Attarberg yang masuk pada daerah arsir dengan PI antara 4 dan 7 di sebut kasus garis batas dan menggunakan symbol ganda. SM adalah kelanauwan, pasir campur lanau. Batas cair dan indeks plastis terletak di atas garis A atau PI  > 7. Biasanya kelompok ini tidak mempunyai kekuatan kering atau hanya sedikit sekali. Dan untuk penamaannya di bedakan lagi atas dua yaitu dengan menambahkan “d” jika batas cair < 25% dengan indeks plastisitas < 5% dan menam bahkan huruf “u” untuk kebalikannya, misalnya SMd atau SMu. Sedangkan SC adalah pasir kelempungan, pasir campur lempung.

2.                  Tanah berbutir halus
Tanah berbutir halus adalah tanah yang material memiliki persentase lolos saringan no. 200 > 50%. Untuk jenis tanah berbutir halus di bedakan atas tanah lempung, tanah lanau serta tanah yang bercampur bahan organik yang di bagi lagi menjadi batas cair yang rendah dan tinggi. Berdasarkan batas cairnya jenis tanah berbutirnya halus di bagi atas dua bagian yaitu :

a.              Batas cair kurang dari 50
Dalam kelompok ini terdapat 3 jenis tanah yaitu ML,CL,OL.
ML adalah lanau organik dan pasir sangat halus, tepung batu, pasir halus kelanauwan kelempungan atau lanau kelempungan sedikit plastis. Jenis tanah ini memiliki batas cair ≤ 50 dan terletak di bawah garis A.
CL adalah lempung organik dengan plastisitas rendah sampai sedang, lempung kerikil, lempung pasiran, lempung lanau, lempung humus, jenis tanah ini memiliki batas cair ≤50 dan terletak di atas garis A.
OL adalah lempung organik dan lempung lanau organik dengan plastisitas rendah. Jenis tanah ini memiliki kandungan bahan organik dengan batas cair ≤ 50 dan terletak di atas garis A.





b.              Batas cair lenih dari 50
Dalam kelompok ini terdapat 3 jenis tanah yaitu MH,CH,OH.
MH adalah lempung anorganik, tanah pasir halus, atau tanah lanauan mengandung mika atau diatome lanau elastis. Jenis tanah ini memilika batas cair ≥ 50 dan terletek di bawah garis A.
CH adalah lempung anorganik dengan plastisitas tinggi, lempung ekspansif. Jenis tanah ini memiliki batas cair ≥ 50 dan terletak di atas garis A.
OH adalah  lempung organik dan lempung lanau organik dengan plastisitas sedang sampai tinggi, lanau organik. Jenis tanah ini memiliki kandungan bahan organik dengan batas cair ≥ 50 dan terletak di bawah garis A.

3.             Tanah organik tinggi
Tanah ini tidak lagi di bagi  lagi tetapi berkelasifikasikan dalam suatu kelompok Pt. biasanya mereka sangat mudah di tekan dan tidak mempunyai sifat sebagai bahan bangunan yang di inginkan.
Tanah khusus dari kelompok ini adalah “peat” humus, tanah lumpur dengan tekstur organis yang tinggi. Komponen dari tanah ini adalah partikel-partikel daun, rumput dahan atau bahan bahan yang regas lainnya. Kadang-kadang titik potong antara kadar air dan PI tepat jatuh pada garis A. dalam hal ini di perlukan dua lambang. Untuk LL = 50 dan PI < 22, tanah dikalasifikasikan sebagai CH-MH dan jika LL = 50 dan PI <22, maka tanah adalah ML-MH atau OL-OH tergantung dengan kadar organis yang ada.

2.3     karakteristik tanah lempung
Tanah kohesif, seperti lempung, lempung berlanau, lempung berpasir atau berkerikil yang sebagian besarnya butiran tanahnya terdiri dari butiran halus. Kuat geser tanah jenis ini di tentukan terutama kohesinya. Tanah-tanah kohesif, umumnya mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
1.             Kuat geser rendah.
2.             Bilah basah bersifat plastis dan mudah mampat.
3.             Menyusut bila kering dan mengembang bila basah.
4.             Berkurang kuat geernya bila kadar airnya bertambah.
5.             Berkurang kuat gesernya bilah tanahnya terganggu.
6.             Berubah volumenya bilah bertambahnya waktu akibat rangkak ( creep ) pada beban yang konstan.
7.             Merupakan material kedap air.
8.             Material yang jelek untuk tanah urug karena menghasilkan tekanan rateral yang tinggi.

Sering sekali kita sukar membedakan antara lempung dan lanau karna tidak dapat di dasarkan pada ukur partikelnya. Siaft-sifat fisis selain dari ukuran butiran yang harus di pakai sebagai keretria untuk mengindetifikasi di lapangan.
Sifat kekuatan kering merupakan asalah satu cara membedakan besar. Satu pertikel kecil tanah di bentuk dan di biarkan mongering di udara. Kemudian briket ini di pecah dan sebuah fragmennya yang berukuran 1/8 inchi di tekan antara ibu jari dan jari telunjuk. Usaha yang di perlukan untuk memecahkan fragmen tersebut menjadi dasar dalam menetapkan kekuatannya, yaitu sangat rendah, rendah, sedang, sangat tinggi. Fragmen lempung hanya mampu di pecahkan  dengan tanah yang besar, sedangkan fragmen lanau dapat di pecakan sangat mudah.
Karena lanau bersifat jauh lebih permaibel dari pada lempung, maka pengujian di lantasi atau pengujian goyangan dapat juga di bedakan kedua material tersebut. Pada pengujian ini sejumlah kecil tanah di campur dengan air hingga memiliki konsitensi sangat lunak di atas telapak tangan. Bagian telapak tangan kemudian di tepuk pelan. Apa bilah tanahnya lanau, maka airnya akan segera timbul ke permukaan dan memberikan kenampakan yang mengkilatatau berkilauan. Kemudian apabila gumpalan tanah ini di ubah bentuknya, misalnya dengan menekan atau meregangkan tangan, airnya akan mengalir kembali ke dalam tanah dan menjadikan permukaan tanah tampak kusam. Biasaya, makin besar proporsi lempungnya dalam sampeltersebut,akan lambat reaksi hasil pengujiannya. Hasir reaksi ini di nyatakan sebagai cepat, lambat atau tidak ada.
 Siafat plastisnya yaitu kemampuan butiran untuk tetap melekat satusama lain, merupakan cirri kas lempung dan juga dapat di pakai sebagai dasar pengujian lapangan sederhana. Pada kadar air tertentu tanah yang mengan sejumlah besar lempung dapat di ubah-ubah bentuknya dalam tangan tampa mengalami retak-retak. Apah bila suatu sampel tanah basah dapat di ubah-ubah bentuknya di anatra telapak tangan dan jari-jari dan kemudian digulung menjadi batangan kecil panjang, maka tidak diraguhkan tanah itu mengandung cukup banyak lempung. Apabila pengubah-ubah bentuk suatu sampel tanah di lanjutkan, maka makah tanah akan mencapai kondisi nonplastis dan menjadi bersifat getas dan timbul retak-retak kerenah air dalam tanah  berkurang selama peruses pengubah-ubahan bentuk tersebut. Tepat saat sebelum keadaan getas di capai, lenpung dengan plastisitas yang tinggi masih dapat di gulung menjadi batangan panjang yang panjang berdiameter kira-kira 1/8 inchi, yang mempunyai kekuatan yang cukup untuk mendukung beratnya sendiri. Sedangkan untuk tanah lanau yangterjadi malah sebaliknya. Jarang sekali dapat di gunakan menjadi batangan panjang berdiameter 1/8 inchi tampa keretakan parah kecuali mengandung sedikit lempung. Hasil pengujian plastisitas sederhana di harapkan menyatakan bukan hanya dapat atau tidaknya batangan pada saat mendekati tahap getas. Kondisi ini disebut sebagai lemah dan rapuh, sedang, atau ulet.
Atterberg ( 1911 ) memberikan cara dengan membagi kedudukan fisik tanah lempung pada kadar air pada kedudukan padat, semi padat,plastis dan cair. Masing-masing kedudukan kadar airnya si pisahkan oleh batas susut, bats plastis dan batas cair.
Batas cair ( LL ) adalah kadar air tanah pada batas anatra keadaan cair dan plastis. Pada keadaan ini, butiran-butiran tersebut dan kedudukan oleh air. Jika kadar air berkurang, misalnya akibat pengeringan, perubahan volume yang terjadi adalah akibat berkurangnya air. Jadi, hilangnya kandungan air sama dengan pengurangan volume.
Penentun batas-bats plasti antar lain berguna untuk membedakan kemungkinan dua tanah yang mempunyai geradasi yang sama namun mempunyai sifat yang berbeda. Jika nilai PL dan LL bertambah, di perkirakan butiran tanah senakin halus. Selain itu, telah di ketahui bahwa terdapat hubungan antara PI dan LI dengan kuat geser tanpa-drenase ( undrained strength ). Selisi antara LL dan PL di sebut indeks plastis ( PI ) atau dengan rumus :  PI = LL – PL
Indeks platisitas menyatakan interval kadar air di mana tanah tetap dalam kondisi plastis, dan juga menyatakan relative partikel lempung dalam tanah. Jika PI tinggi, makah tanah banyak mengandung butiran lempung. Jika PI rendah, hal ini terdapat dalam kebanyakan tanah lanau, sedikit pengurangnga kadar air  mengkibatkan tanah menjadi kering. Sebaliknya, bilah kadar air sedikit bertambah, tanah menjadi cair.
Hubungan kadar air di lapangan terhadap LL dan PL juga memperlihatkan jumlah pengurangan kadar air yang mengkibatkan tanah menjadi kering, sengga tanah menjadi basah atau samasekali cair, ataupun tanah menjai kering atau tidak plastis lagi. Umumnya, tanah berbutir halus di lapangan dengan kadar air yang mendekati nilai LL-nya akn lebih lunak dari pada tanah dengan kadar air yang mendekati LL-nya. Pada umumnya, kadar air tanah lenpung, pada kondisi alamnya, terletak pada interval plastis.   

1.4               teori pemadatan tanah
pemadatan merupakan usaha untuk mempertinggi kerapatan tanah dengan pemakaian energi mekanis untuk menghasilkan penempatan partikel. Energi pemadatan lapangan, di lapangan depat di peroleh dari mesin gilas, alat – alat pemadatan getaran, dan dari benda – benda berat yang di jatuhkan. Di laboraterium, contoh uji untuk mendapatkan pengendalian mutu di padatkan dengan menggunakan daya tumbukan ( atau dinamik ), alat penekan, atau tekanan statik yang menggunakan piston dan mesin dan tekanan.
Tujuan pemadatan adalah untuk memperbaiki sifat – sifat teknis massa tanah. Beberapa keuntungan yang di dapatkan dengan adanya pemadatan ini adalah :

1.         Berkurangnya penurunan permukaan tanah ( subsidence ), yaitu gerakan vertikal di dalam massa tanah itu sendiri akibat berkurangnya angka pori.
2.         Mempertinggi kuat geser tanah
3.         Mengurangi permeabilitas
4.         Mengurangi sifat mudah mampat
5.         Mengurangi perubahan volume sebagai akibat berubahan kadar air, dan lain – lain.
Sepesikasi pengendalian untuk pemadatan tanah kohesif telah di kembangkan oleh R.R proctor pada akhir tahun 1920-an. Proctor mendefinisikan empat variable pemadatan tanah, yaitu :
1.    Usaha pemadatan ( atau energy pemadatan )
2.    Jenis tanah ( gradasi, kohesif atau tidak kohesif, ukuran partikel, dan sebagainya )
3.    Kadar air
4.    Berat isi kering ( proctor menggunakan angka pori ) kepadatan tanah di ukur dengan nilai berat volume keringnya ( ), yaitu perbandingan antara berat tanah dengan volumenya setelah di padatkan pada kadar air tertentu. Sifat sifat teknis tanah setelah pemadatan bergantung pada jenis tanah, cara atau pemadatan, dan kadar airnya.





1.4.1                 Usaha pemadatan
Energi yang dibutuhkan untuk pemadatan pada pemadatan standar (Standar Proctror Test) oleh Hary C.H.dirumuskan sebagai berikut :


Keterangan :
E      =     Energi pemadatan  (Kg/Cm2)
N     =      Jumlah pukulan perlapis
n     =      Jumlah lapisan
Wp =      Tinggi jatuh palu (Kg)
H    =       Tinggi jatuh palu (Cm)
Vm =       Isi mold/tabung (Cm)

Bila pemadatan persatuan volume tanah berubah, kurva pemadatan juga akan berubah. Cetakan dan penumbukan seperti pada proctor standar digunakan untuk memperoleh kurva-kurva pemadatan tersebut.tetapi jumlah tumbukan perlapis bervariasi mulai dari 20 sampai 50 (tumbukan per lapis). Dengan menggunakan rumus energi pemadatan per satuan volume untuk masing – masing percobaan juga dapat dicari. Hassilnya dapat dilihat pada tabel berikut.





Nomor
Jumlah tumbukan per lapis
Energi pemadatan (ft-Ib/ft2)
1
20
9.900
2
25
12.375
3
30
14.850
4
50
24.750

·      Ft – Ib/ft2 = 47.88 J/m3
Tabel 2.1 Energi pemadatan berdasarkan jumlah tumbukan
Dari tabel diatas, maka dapat disimpulkan bahwa :

a.       Bila energi pemadatan bertambah, harga berat volume kering maksimum tanah hasil pemadatan juga bertambah, dan
b.      Bila energi pemadatan bertambah, harga kadar air obtimum berkurang.
Pernyataan di atas juga berlaku untuk semua jenis tanah. Tetapi harap dicatat bahwa tingkat kepadatan suatu tanah tidak langsung sebanding (propesional) dengan usaha pemadatannya, untuk desain yang ekonomis di lapangan, suatu harga batas atas dari energi pemadatan harus ditentukan lebih dahulu.

1.4.2        Jenis tanah
Jenis tanh yang diwakili oleh distribusi untuk butirsn ,berat spesifik bagian padat tanah, jumlah serta jenis mineral lempung yang ada pada tanah mempunyai pengaruh besar terhadap harga berat volume kering maksimum dan kadar air optimum dari tanah tersebut. Uji laboratorium di laksanakan sesuai dengan prosedur ASTM Test Designation D-698.
Lee dan Suedkmp (1972) telah mempelajari kurva-kurva pemadatan dari 35 jenis tanah menyimpulkan bahwa pemadatan tanah-tanh tersebut dapat dibedakan hanya menjadi empat tipe umum. Hasilnya dapat dilihat pada gambar 2.1. Kurva pemadatan tipe A adalah kurva yang hanya mempunyai suatu puncak. Tipe ini biasanya pada tanah – tanah yang mempunyai batas cair antara 30 dan 70. Kurva tipe B adalah untuk tipe yang mempunyai puncak ganda. Kurva tipe B dan C dijumpai pada tanah – tanah yang mempunyai batas cair kurang dari 30. Tipe kurva pemadatan D adalah tipe yang mempunyai puncak tertentu yang bisah disebut sebagi tipe berbentuk ganjil. Tanah dengan batas cair lebih besar dari 70 kemungkinan mempunyai bentuk kurva pemadatan seperti tipe C dan tipe D.



 




                                  Tipe A                                                                  Tipe B
                                Bentuk bel                                                      Brpuncak satu setengah

                        Kadar air                                                                                                         Kadar air





 




                                             Tipe C                                                                   Tipe D
                                Bentuk bel                                                      Brpuncak satu setengah



                          Kadar air                                                                                                 Kadar air

Gambar 2.1 bermacam – macam tipe kurva pemadatan yang sering di jumpai pada tanah

1.4.3        Kadar air
Salah satu indeks terpenting pada penentuan kepadatan tanah berbutir halus khususnya pada tanah lempung kadar air yang dinyatakan dengan rumus :


Dari persamaan ini Ww adalah berat air dan Ws adalah berat bagian pada kering oven. Disini berat air dikaitkan dengan Ws yang merupakan besaran tak berubah dari berat total sampe.apabila campuran tanah air dan air temperaturnya meningkat, campuran ini akan terus-menerus kehilangan kadar airnya,maka pada saat mencapai temperatur yang cukup tinggi mineral penyusun tanah terurai. Oleh karena itu perbandingan kadar air harus menggunakan temperatur pengeringan yang distandarisasi. Standar temperatur oven adalah 105 dan 115 0C.
Kadar air ini dapat diambil sebelum pemadatan untuk diuji kadar airnya yaitu dengan melakukan penumbukan pada sampel tanah dengan variasi kadar air yang berbeda-beda. Dari hasil Percobaan ini dapat ditentukan nilai dari kadar air optimum yaitu kadar air dimana suatu sampel tanah mencapai tingkat kepadatan maksimum.

1.4.4        Berat isi kering
Berat per unit volume atau kita sebut sebagai berat unit γ merupakan salah satu sifat fisi terpenting. Nilai ini harus diketahuai, misalnya, sebelum akan menghitung besarnya tekanan tanah atau tekanan –lapangan (overburden pressure). Dengan definisi
Dimana w adalah berat total tanah termaksuk air dalam tanah dan v adalah volume total. Untuk memudahkan menunjukkan nilai – nilai dapat mudah dilakukan dengan memberikan subskrip. Jika tanahnya jenuh sempurna, yaitu bila Vg = 0, berat unitnya dinyatakan sebagai γ sat . jika tanah kering oven, berat unitnya dituliskan sebagai γd, dinyatakan sebagai berat unit kering atau sebagai pemadatan kering, dan didefenisikan sebagai .
Apabila kadar airnya diketahui,kepadatan kering suatu sampel basah dapat dihitung sebagai berikut.
Pada studi pemadatan tanah kadang – kadang berguna untuk menghitung unit kering yang dapat diperoleh jika volume suatu sampel basah berkurang dengan keluarnya udara sampai derajat kejenuhan sampel mencapai 100 persen. Kondisi ini dinyatakan sebagai pori udara nol. Dalam hal ini berat unitnya.

Dalam penerapannya dilapangan,pemadatan tanah bertalian dengan distribusi suatu beban dengan demikian bila tekanan tanah,apabila beban itu dikenakan pada tanah melalui beban bulat. Karena beban kotak antara ban dan tanh hampir berbentuk lingkaran,maka teori itu dapat diterapkan pada tekanan pada tanah dibawah ban dengan sedikit modifikasi. Gambar 2.2 melukiskan perbandingan angka tekanan kotak tanah pada bermacam-macam kedalaman dibawah permukaan tanah.
                                                    D
                                                          L
 

½ D                                                                      0,6P
D                                                                              0,3 P
D                                                                   0,15 P
2 D                                                                            0,09 P

D  = diameter lingkaran
L  = beban
A  = luas lingkaran
P  = angka tekanan lingkaran
                          Contoh :     
                                                           



Jarak dibawah permukaan
faktor
Tekanan tanah
0
1,00
60,0
5
0,60
36,0
10
0,30
30,0
15
0,15
9,0
20
0,09
5,4









Gambar 2.2 perubahan –perubahan tekanan sesuai dengan kedalaman di bawah suatu beban.
             Berdasarkan gambar 2.2 diatas, maka dalam penerapannya dilapangan untuk menghasilkan pemadatan yang optimum dengan jumlah lewatan yang lebih sedikit sebaiknya digunakan alat pemadat penggilas roda ban dengan tekanan pemompaan yang dapat diubah-ubah.
Untuk pemadatan tanah untuk seluruh tahapan tanah lewatan-lewatan pertama diatas lapisan timbun harus dilakukan dengan tekanan ban yang relatif rendah untuk menambah adaya apapun dan liputan tanah. Akan tetapi, apabila tanah itu telah dipadatkan, tekanan udara di dalam ban harus dinaikkan sampai setinggi nilai maksimumu  yang telah ditentukan untuk lewatan terakhir. Sebelum penggabungan suatu cara pengubahan tekana udara sewaktu penggilisan itu bekerja adalah perlu melakukan tindakan sebagai berikut :
1.    Mengubah tekanan dalam ban
2.    Mengubah bobot pemberat pada penggilas, atau
3.    Menempatkan beberapa penggilas dengan berat dan tekanan ban pada suatu proyek agar dapat menyediakan alat – alat untuk memenuhi keperluan – keperluan khusus suatu kondisi pemadatan tertentu.

1.5              Spesifikasi tanah dasar jalan
Spesifikasi Teknis untuk pekerjaan jalan yang dilakukan oleh Bina Marga Tahun 2010 menentukan syarat bahan timbunan badan jalan sebagai berikut :
a.       Bahan untuk timbunan biasa
-            Bahan sebaiknya tidak berplastisitas tinggi yang diklasifikasikan sebagai CH menurut USCS (Unified Soil Clasification System).
-            Nilai SBR tidak kurang dari 6% setelah perendaman 4 hari dan dipadatkan 100% kepadatan kering maksimum.
-            Tanah yang sangat expansive yang memiliki nilai aktif lebih besar dari 1,25 tidak boleh digunakan. Nilai aktif adalah perbandingan antara indeks plastis (SNI 03-1966-1989) DAN PRESENTASE KADAR LEMPUNG (sni 03-3422-1994)
b.      Bahan untuk timbunan pilihan
Memenuhi semua ketentuan bahan timbunan tanah biasa, dan sebagai tambahan  adalah :
-            Nilai SBR tidak kurang dari 10 % setelah perendaman 4 hari dan didapatkan 100% kepadatan kering maksimum.
-            Pada kondisi berair yang tidak dapat dihindari harus berupa bahan berbutir bersih, pasir, atau krikil dengan indeks plastis maksimum 6%
Bahan tanah timbunan pada bagian sampai dengan kedalaman 30 Cm harus dipadatkan hingga 100% kepadatan kering maksimum,dan kedalaman lebih dari itu,kepadatanya hanya boleh 95 % dari kepadatan maksimumnya.
1.6     Alat pemadatan di lapangan
Pemadatan di capai dengan menerapkan energi pada tanah dengan satu atau lebih cara-cara berikut :
1.      Gerakan merembes
2.      Berat static
3.      Getaran
4.      Benturan
5.      Ledakan
Sedangakan alat-alat yang sering digunakan untuk pemadatan di lapangan yaitu :
a.       Penggilas permukaan halus (penggilas bentuk drum)
b.      Penggilas kaki kambing dan,
c.       Penggilas getar.
Penggilas besi berpermukaan halus cocok untuk meratakan permukaan tanah dasar (subgrades) dan untuk pekerjaan penggilasan akhir pada timbunan tanah pasir atau lempung. Penggilas tipe ini dapat memadatkan 100% luasan muka tanah yang dimulai rodanya dengan tekanan kotak antara tanah dan roda sebesar antara 45 sampai 55 psi (antara 310 sampai 380 Kn/m2).penggilas tipe ini tidak cocok untuk pekerjaan mengiginkan tingkat pemadatan yang tinggi pada lapisan tebal.
Pengilas ban karet dalam banyak hal masih lebih baik dari pada penggilas besi permukaan halus. Penggilas ban karet ini pada dasarnya merupakan sebuah kareta berbuatan berat dan beroda karet yang tersusun dalam beberapa baris .Baris – baris ban karet ini bergerak dekat satu sama lain dimana pada setiap baris ban terdapat empat sampai enam buah ban. Tekanan kontrak di bawah ban berkias antara 85 sampai 100 psi.(585 sampai 690 Kn/m2), dan baris-baris ban tersebut memadatkan antara 70 sampai 80%luasan tanah yang di mulai penggilas. Penggilas ban karet dapat digunakan pada pemadatan tanah lempung.Pemadatan di capai dari kombinasi antara tekanan dan” kheading action “ (pemadatan dengan merembes –rembes).
Penggilas kaki-kambing adalah berupa silinder (drum) yang mempunyai banyak kaki yang menjulur ke luar dari drum. Kaki – kaki ini mempunyai luas proyeksi penampang sekitar 4 sampai 13 in2. (25 sampai 85 cm2). Alat ini sangat efektif untuk memadatkan tanah lewmpung . Tekanan kontak di ujung kaki – kaki kambing dapat mencapai antara 200 sampai 1000 psi (1380 sampai 6900 kn/m2) pada waktu pemadatan di dilapangan,mula-mula pada awal lintasan bagian tanah yang dipadatkan ialah bagian sebelah bawah dari mula-mula pada awal lintasan bagian tanah yang dipadatkan ialah bagian sebelah bawah dari “lift”.catatan suatu timbunan tanah tidak langsung dipadatkan setinggi timbunan tersebut, tetapi di hamparkan selapis demi selapis dan setiap lapis itu di padatkan  setinggi timbunan tersebut,tetapi dihamparkan selapis demi selapis dan setiap lapis di padatkan dengan baik. Setiap lapisan tersebut “lif”. Pada lintasan berikutnya barulah tanah dibagian tengah dan atas dari lift ikut terpadatkan.
Penggilas getaran sangat berbeda untuk pemadatan tanah berbutir (pasir ,kerikil,dan sebagainya). Alat getar dapat saja dipasang pada penggilas basi berpermukaan halus,penggilas ban karet, atau pada penggilasan kaki-kambing untuk menghasilkan gerakan pada tanah. Getaran yang dihasilkan dari berputarnya suatu beban yang tidak sentris.
Pelat getar yang dioprasikan dengan tangan sangat efektif dalam pemadat tanah yang berbutir bila ruang yang terbatas . Model pelat penggetar seperti ini ada yang dilengkapi dengan mesin yang dapat menggetarkan pelat sekaligus. Mesin seperti ini dapat di gunakan pada tempat-tempat di mana ruang getaranya lebih leluasa tetapi tidak cukup leluasa untuk penggilasan getar yang besar.



BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 LOKASI PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di laborateriumtanah jurusan teknik sipil politeknik negeri ujung pandan.
3.2 JENIS PENGUJIAN
Jenis pengujian yang dilakukan pada penelitian ini adalah :
1.      Analisa ukuran butir tanah
2.      Pengujian pemadata standar dengan bervariasi kadar air
3.      Pengujian pemadata standar dengan bervariasi tumbukan
4.      CBR laboraterium

3.3  Tahapan Penelitian
Penelitian ini di lakukan dengan metode sebagai berikut :

1.      Pengambilan sampel tanah
Diambil sebanyak satu sampel tanah yang secara visual diklasifikasi, sampel diambil dari satau lokasi yaitu sampel di ambil dari sungai jene berang,Makassar, sampel tadi untuk mendapatkan  jenis  kandungan tanah.

2.      Analisa ukuran tanah
Pengujian analisa ukuran tanah yang dilakukan adalah pengujian ukuran butir,indeks plastik, dan berat volume tanah.

3.      Klasifikasi tanah ( pengelompokan jenis tanah )
Pengujian klasifikasitanah yang di lakukan, agar dapat membagi tanah tersebut kedaam kelompok kelompok yang mempunyai sifat tingkah laku yang umum,setelah di peroleh keadaan yang paling sesua untuk contoh tanah bersangkutan, klasifikasinya dicari dengan cara sebagai berikut:
-          menghitung keofisien keseragaman dan koefisien kelengkungannya atau
-          menggunakan Attarberg limits
4.      Pengujian pemadata standar dengan bervariasi kadar air dilakukan agar dapat membandingkan energy kepadatan tanah terhadap pengaruh kadar air.
5.      Pengujian pemadata standar dengan bervariasi tumbukan dilakukan agar dapat mengetahui perubahan kepadatan tanah akibat bemberian energi yang berbeda.
6.      CBR laboraterium dilakukan agar mendapat nilai daya dukung tanah dalam keadaan padat maksimum.

6.4   Kebutuhan bahan dan Alat Pengujian
Alat yang diperlukan untik pengujian (Analisa ukuran butir tanah, Pengujian pemadata standar dengan bervariasi kadar air, Pengujian pemadata standar dengan bervariasi tumbukan, CBR laboraterium )
-          Oven dengan pengtur suhu sampai ( 110 ± 5 )° c
-          Timbangan dengan ketelitian 0,01 gr
-          Timbangan kapasitas 10 kg dengan ketelitian 1gr
-          Talam – talam dan cawan - cawan
-          Ayakan : 3”,2”,1½”,¾”,½”,NO.8,NO.30,NO.50,NO.100,NO.200,pan.
-          Mangkok cassagrande
-          Grooving tool
-          Spatula
-          Plat kaca
-          Tabung untuk pengukuran berat volume
Untuk pengujian pemadatan digunakan peralatan :
-          Cetakan Ø 102 mm dengan tinggi 11,5 cm
-          Penumbuk Ø 50,8 mm berat 2,5 kg, tinggi jatuh 30 cm
-          Pengeluar contoh ( ekstruder )
-          Timbangan kapasitas  11,5 kg ketelitian 5 gr
-          Oven dengan pengaturan suhu sampai ( 110 ± 5)°c
-          Alat peralata dari besipanjang 25 cm
-          Saringan 50 mm,19mm,dan 4,75mm
-          Talam-talam, cawan –cawan,dan alat pengaduk

6.5  prosedur pengujian

1.       analisa saringan
-          sampel tanah dikeringkan di dalam oven.
-          Menyaring sampel tanah dengan memakai susunan saringan dengan ukuran saringan 3”, 2”, 1½”, ¾”, ½”, NO.8, NO.30, NO.50, NO.100, NO.200, pan
-          Saringan di guncang dengan menggunakan mesin pengguncan selama ± 15 menit.
-          Benda uji yang tertahan pada masing masing saringan di timbang.

2.      Batas cair
-           menyiapkan sampel tanah yang lolos saringan No. 40
-          menempatkan dalam cawan porseline dan campur dengan air suling.
-          mengaduk dengan sepatula diatas pelat kaca hingga homogen.
-          Meratakan permukaan contoh tanah dalam cawan sehingga sejajar dengan alas.
-          Membuat alur  pada contoh tanah tersebut dengan menggunakan grooving tool,
-          Dengan alat pemuter,mengangkat dan menurunkan cawan  dengan kecepatan 2 putaran / detik .
-          Menghentikan putaran jika alur sudahtertutup sepanjang ± 1,25 cm dan hitung berapa kekuatan yang di butuhkan .
-          Mengambil contoh tersebut sebagagai untuk di periksa kadar airnya.
-          Ualangi percobaan di atas dengan kadar air yang berbeda.
-          Jumlah ketukan yang di harapkan, yaitu.
a.       10-20 ketukan
b.      20-30 ketukan
c.       30-40 ketukan
d.      40-50 keukan

3.            Pengujian nilai CBR Laboratorium
-          Siapkan contoh tanah yang lolos ayakan no 4 seberat kira-kira 3 kg.
-          Campur bahan tersebut dengan air sampai kadar optimum yang dikehendaki.
-          Pasang cetakan pada keping atas dan timbung.
1.      Pasang leher cetakan dan masukkan kertas saring kedalam mold
2.      Pemadatan bahan tersebut didalam cetakan sesuai dengan cara srtandar. Bila benda uji akan direndam pemeriksaan kadar airnya dilakukan sebelum dipadatkan. Bila benda uji tersebut tidak terendam makan pemeriksaan kadar airnya dilakukan dari cetakan
3.      Buka leher sambung dan ratakan contoh dengan alat perata,tebal lubang-lubang yang mungkin terjadi pada permukaan dan ratakan.
4.      Untuk pemeriksaan CBR langsung,benda uji ini telah siap untuk diperiksa. Bila dikehendaki CBR yang direndam (soaked CBR) harus dilakukan  langkah – langkah sebagai berikut.
a.       Pasang keeping pengembang diatas benda uji dan kemudian pasan keping pemberat yang dikendaki (seberat 4,5 kg/10 lbs) atau sesuai dengan keadaan beban perkerasan.
b.      Rentam cetakan beserta beban didalam air hingga air dapat meresap dari atas maupun dari bawah
c.       Pasang tripot beserta arloji pengukur pengembangan.Catat pembacaan pertama dan biarkan benda uji selama 96 jam (4x24 jam). Permukaan air selama merendam harus tetap (kira-kira 2,5 cm diatas permukaan benda uji ) pada akhir pemadatan catat pembacaan arloji pengembangan.
d.      Cetakan dikeluarkan dari bak air dan dimiringkan 15 menit sehingga air bebas mengalir habis. Jagalah agar selama pengeluaran air permukaan benda uji terganggu.
e.       Beban diambil keeping alas kemudian cetakan beserta isinya ditimbang,benda uji SBR yang direndam telah siap untuk diperiksa
5.      Keping pemberat diletakkan diatas benda uji seberat minimal 4,5 kg(10 pound) atau sesuai dengan beban perkerasan.
6.      Untuk benda uji yang direndam beban harus sama dengan beban yang dipergunakan waktu perendaman letakkan pertama-tama keepingpemberat 2,25 kg (5 pound) untuk mencegah mengembangnya permukaan benda uji pada bagian lubang keeping pemberat. Pemberat selanjutnya dipasang setelah torak disentuhkan pada permukaan uji .
7.      Kemudian atur torak penetrasi pada permukaan benda uji sehingga arloji beban menunjukkan beban permukaan sebesar 4,5 kg (10 pound). Pembebanan permukaan diperlukan untuk menjamin permukaan bidang sentu yang sempurna antara torak dengan permukaan benda uji. Kemudian arloji penunjuk beban dan arloji pengukur penetrasi di nolkan.
8.      Pembebanan diberikan dengan teratur sehingga kecepatan penetrasi mendekati keempat 1,25 mm (0,05”);0,187mm (0,075”); 2,5 mm (0,10”); 3,75 mm (0,15”) ; 5mm (0,20”); 7,5 mm (0,30”); 10 mm (0,40”);12,5 mm(0,50”).
9.      Catat benda maksimum dan penetrasinya bila pembebanan maksimum terjadi sebelum penetrasi 12,50 mm (0,5”).
10.  Beban uji dikeluarkan dari cetakan dan kadar airnya ditentukan
11.  Pengambilan beban ukji untuk kadar air sekurang-kurangnya 100 gram untuk tanah berbutir halus dan sekurang-kurangnya 500 gram untuk tanah berbutir kasar.

 
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1.1         TANAH SEBAGAI BAHAN KONSTRUKSI
Tanah merupakan salah satu bahan konstruksi yang langsung tersedia di lapangan, dan apabila dapat di gunakan akan sangat ekonomis. Bendungan, tanggul sungai, dan timbunan jalan raya serta jalan kereta api, kesemuaanya merupakan pemakaian tanah yang ekonomis sebagai bahan konsteruksi, walaupun demikian sama halnya seperti bahan konsruksi lainnya, tanah harus di pakai setelah melalui peruses pengendalian mutu. Apa bila tanah di padatkan secara sembarangan, hasilnya akan merupakan struktur yang rusak dan tidak mencapai kepadatan maksimum.

1.2         KLASIFIKASI TANAH
Klasifikasi tanah merupakan cara untuk menentukan jenis tanah. Ada beberapa sistem klasifikasi yang telah di kembangkan, masing-masing untuk tujuan kuhusus dengan beberapa ke untungan dan kerugian tertentu. Untuk menghindari kesulitan dalam pengklasifikasian tanah,maka di gunakan sistem klasifikasi yang relatif sederhana dengan beberapa kategori saja, sehinga suatu batuan dan tanah tertentu diungkapkan dengan beberapa nilai numeris dari beberapa penguji fisik tertentu, yang di sebut sebagai sifat-sifat indeks, atau yang di sebut sebagai pengujian-pengujian klasifikasi.
Salah satu cara yang paling umum di gunakan untuk pengklasifikasian tanah adalah cara USCS, yang di dasarkan pada sifat tekstur tanah. Pada cara ini tanah di kelompokkan dalam tiga kelompok, yaitu:
1.      Tanah berbutir kasar ( lolos saringan no.200<50% )
2.      Tanah berbutir halus ( lolos saringan no.20>50% )
3.      Tanah organis
Tanah di bagi dengan simbol-simbol tertentu sebanyak 15 simbol, yaitu :

-                      Simbol komponen :
G ( gravel )                                :        kerikil
S ( sand )                                   :        pasir
M ( mo )                                    :         lanau
C ( clay )                                    :         lempung
O ( organik )                             :         organis
Pt ( peat )                                  :         humus
-                      Simbol Gradasi :
W ( well graded )                     :         bergradasi baik
P ( poorly graded )                  :         bergradasi buruk
-                      Symbol Batas cair :
H ( high )                                   :         tinggi
L ( low )                                     :         rendah
1.  Tanah Berbutir Kasar
Tanah Berbutir Kasar di bagi lagi atas 2 bagian yaitu :
·           Kerikil dan tanah kerikil ( G )
Yang termaksuk dalam kerikil adalah tanah yang mempunyai persentase lolos saringan no.  4<50 % untuk ini di bagi atas 2 kelompok, yaitu :

a.     Kerikil bersih ( tampa sedikit mengandung bahn halus ), yangterdiri dari jenis GW dan GP dengan persentase lolos saringan no. 200 < 5 % kerikil, kerikil campur pasir pasir bergeradasi baik tampa atau dengan sedikit bahan halus. Syarat yang harus di punuhi untuk jenis GW adalah :

sedangkan GP adalah kerikil, kerikil campur pasir bergeradasi buruk tanpa atau dengan sedikit bahan halus. Untuk jenis GP tidak di temukan semua persyaratan gradasinya.
b.     Kerikil dengan bahan halus ( banyak mengandung bahan halus ), yang terdiri dari jenis GM dan GC dengan persentase lolos saringan no. 200 > 12 % yang memiliki plastisitas rendah atau non pelastis.
GM adalah kerikil lanau, kerikil campuran pasir dan lanau. Batas cair dan indeks pelastis terlekak di bawa garis A atau PI < 4 . biaasanya kelompok ini tidak mempunyai kekuatan kering atau hanya sedikit sekali. Dan untuk penamaannya di belakang atas dua yaitu dengan menambahkan huruf “d” jika batas cair < 25% dengan indeks plastisitas < 5% dan menambahkan huruf “u” untuk kebalikannya, misalnya GMd atau GMu.
Sedangkan GC adalah kerikil lempung, kerikil campur pasir dan lempung. Batas cair dan indeks plastis terletak di atas garis A atau PI > 7.

·           Pasir dan tanah kepasiran ( S )
Yang termaksut dalam kerdalam kerikil adalah tanah yang mempunyai persentase lolos saringan no. 4 > 50%  atas jenis ini di bagi atas dua kelompok yaitu :

a.     Pasir berih ( tampa atau sedikit mengandung bahan halus ), yang terdiri dari jenis SW dan SP dengan persentase lolos saringan no. 200 < 5% SW adalah pasir, pasir kerikil bergradasi baik tampa atau sedikit bahan halus. Syarat yang harus dipenuhi untuk jenis SW adalah :


Sedangkan SP adalah pasir, pasir kerikil bergradasi buruk tampa atau dengan sedikit bahan halus. Untuk jenis SP tidak di temukan semua persyaratan gradasinya.
b.     Kerikil dengan bahan halus ( banyak mengan dung bahan halus ), yang terdiri dari jenis SM dan SC dengan persentase lolos saringan no. 200 > 12% yang memiliki plastisitas rendah atau  non plastis. Batas Attarberg yang masuk pada daerah arsir dengan PI antara 4 dan 7 di sebut kasus garis batas dan menggunakan symbol ganda. SM adalah kelanauwan, pasir campur lanau. Batas cair dan indeks plastis terletak di atas garis A atau PI  > 7. Biasanya kelompok ini tidak mempunyai kekuatan kering atau hanya sedikit sekali. Dan untuk penamaannya di bedakan lagi atas dua yaitu dengan menambahkan “d” jika batas cair < 25% dengan indeks plastisitas < 5% dan menam bahkan huruf “u” untuk kebalikannya, misalnya SMd atau SMu. Sedangkan SC adalah pasir kelempungan, pasir campur lempung.

2.            Tanah berbutir halus
Tanah berbutir halus adalah tanah yang material memiliki persentase lolos saringan no. 200 > 50%. Untuk jenis tanah berbutir halus di bedakan atas tanah lempung, tanah lanau serta tanah yang bercampur bahan organik yang di bagi lagi menjadi batas cair yang rendah dan tinggi. Berdasarkan batas cairnya jenis tanah berbutirnya halus di bagi atas dua bagian yaitu :

a.         Batas cair kurang dari 50
Dalam kelompok ini terdapat 3 jenis tanah yaitu ML,CL,OL.
ML adalah lanau organik dan pasir sangat halus, tepung batu, pasir halus kelanauwan kelempungan atau lanau kelempungan sedikit plastis. Jenis tanah ini memiliki batas cair ≤ 50 dan terletak di bawah garis A.
CL adalah lempung organik dengan plastisitas rendah sampai sedang, lempung kerikil, lempung pasiran, lempung lanau, lempung humus, jenis tanah ini memiliki batas cair ≤50 dan terletak di atas garis A.
OL adalah lempung organik dan lempung lanau organik dengan plastisitas rendah. Jenis tanah ini memiliki kandungan bahan organik dengan batas cair ≤ 50 dan terletak di atas garis A.
b.         Batas cair lenih dari 50
Dalam kelompok ini terdapat 3 jenis tanah yaitu MH,CH,OH.
MH adalah lempung anorganik, tanah pasir halus, atau tanah lanauan mengandung mika atau diatome lanau elastis. Jenis tanah ini memilika batas cair ≥ 50 dan terletek di bawah garis A.
CH adalah lempung anorganik dengan plastisitas tinggi, lempung ekspansif. Jenis tanah ini memiliki batas cair ≥ 50 dan terletak di atas garis A.
OH adalah  lempung organik dan lempung lanau organik dengan plastisitas sedang sampai tinggi, lanau organik. Jenis tanah ini memiliki kandungan bahan organik dengan batas cair ≥ 50 dan terletak di bawah garis A.

3.         Tanah organik tinggi
Tanah ini tidak lagi di bagi  lagi tetapi berkelasifikasikan dalam suatu kelompok Pt. biasanya mereka sangat mudah di tekan dan tidak mempunyai sifat sebagai bahan bangunan yang di inginkan.
Tanah khusus dari kelompok ini adalah “peat” humus, tanah lumpur dengan tekstur organis yang tinggi. Komponen dari tanah ini adalah partikel-partikel daun, rumput dahan atau bahan bahan yang regas lainnya. Kadang-kadang titik potong antara kadar air dan PI tepat jatuh pada garis A. dalam hal ini di perlukan dua lambang. Untuk LL = 50 dan PI < 22, tanah dikalasifikasikan sebagai CH-MH dan jika LL = 50 dan PI <22, maka tanah adalah ML-MH atau OL-OH tergantung dengan kadar organis yang ada.

2.3     karakteristik tanah lempung
Tanah kohesif, seperti lempung, lempung berlanau, lempung berpasir atau berkerikil yang sebagian besarnya butiran tanahnya terdiri dari butiran halus. Kuat geser tanah jenis ini di tentukan terutama kohesinya. Tanah-tanah kohesif, umumnya mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
1.         Kuat geser rendah.
2.         Bilah basah bersifat plastis dan mudah mampat.
3.         Menyusut bila kering dan mengembang bila basah.
4.         Berkurang kuat geernya bila kadar airnya bertambah.
5.         Berkurang kuat gesernya bilah tanahnya terganggu.
6.         Berubah volumenya bilah bertambahnya waktu akibat rangkak ( creep ) pada beban yang konstan.
7.         Merupakan material kedap air.
8.         Material yang jelek untuk tanah urug karena menghasilkan tekanan rateral yang tinggi.

Sering sekali kita sukar membedakan antara lempung dan lanau karna tidak dapat di dasarkan pada ukur partikelnya. Siaft-sifat fisis selain dari ukuran butiran yang harus di pakai sebagai keretria untuk mengindetifikasi di lapangan.
Sifat kekuatan kering merupakan asalah satu cara membedakan besar. Satu pertikel kecil tanah di bentuk dan di biarkan mongering di udara. Kemudian briket ini di pecah dan sebuah fragmennya yang berukuran 1/8 inchi di tekan antara ibu jari dan jari telunjuk. Usaha yang di perlukan untuk memecahkan fragmen tersebut menjadi dasar dalam menetapkan kekuatannya, yaitu sangat rendah, rendah, sedang, sangat tinggi. Fragmen lempung hanya mampu di pecahkan  dengan tanah yang besar, sedangkan fragmen lanau dapat di pecakan sangat mudah.
Karena lanau bersifat jauh lebih permaibel dari pada lempung, maka pengujian di lantasi atau pengujian goyangan dapat juga di bedakan kedua material tersebut. Pada pengujian ini sejumlah kecil tanah di campur dengan air hingga memiliki konsitensi sangat lunak di atas telapak tangan. Bagian telapak tangan kemudian di tepuk pelan. Apa bilah tanahnya lanau, maka airnya akan segera timbul ke permukaan dan memberikan kenampakan yang mengkilatatau berkilauan. Kemudian apabila gumpalan tanah ini di ubah bentuknya, misalnya dengan menekan atau meregangkan tangan, airnya akan mengalir kembali ke dalam tanah dan menjadikan permukaan tanah tampak kusam. Biasaya, makin besar proporsi lempungnya dalam sampeltersebut,akan lambat reaksi hasil pengujiannya. Hasir reaksi ini di nyatakan sebagai cepat, lambat atau tidak ada.
 Siafat plastisnya yaitu kemampuan butiran untuk tetap melekat satusama lain, merupakan cirri kas lempung dan juga dapat di pakai sebagai dasar pengujian lapangan sederhana. Pada kadar air tertentu tanah yang mengan sejumlah besar lempung dapat di ubah-ubah bentuknya dalam tangan tampa mengalami retak-retak. Apah bila suatu sampel tanah basah dapat di ubah-ubah bentuknya di anatra telapak tangan dan jari-jari dan kemudian digulung menjadi batangan kecil panjang, maka tidak diraguhkan tanah itu mengandung cukup banyak lempung. Apabila pengubah-ubah bentuk suatu sampel tanah di lanjutkan, maka makah tanah akan mencapai kondisi nonplastis dan menjadi bersifat getas dan timbul retak-retak kerenah air dalam tanah  berkurang selama peruses pengubah-ubahan bentuk tersebut. Tepat saat sebelum keadaan getas di capai, lenpung dengan plastisitas yang tinggi masih dapat di gulung menjadi batangan panjang yang panjang berdiameter kira-kira 1/8 inchi, yang mempunyai kekuatan yang cukup untuk mendukung beratnya sendiri. Sedangkan untuk tanah lanau yangterjadi malah sebaliknya. Jarang sekali dapat di gunakan menjadi batangan panjang berdiameter 1/8 inchi tampa keretakan parah kecuali mengandung sedikit lempung. Hasil pengujian plastisitas sederhana di harapkan menyatakan bukan hanya dapat atau tidaknya batangan pada saat mendekati tahap getas. Kondisi ini disebut sebagai lemah dan rapuh, sedang, atau ulet.
Atterberg ( 1911 ) memberikan cara dengan membagi kedudukan fisik tanah lempung pada kadar air pada kedudukan padat, semi padat,plastis dan cair. Masing-masing kedudukan kadar airnya si pisahkan oleh batas susut, bats plastis dan batas cair.
Batas cair ( LL ) adalah kadar air tanah pada batas anatra keadaan cair dan plastis. Pada keadaan ini, butiran-butiran tersebut dan kedudukan oleh air. Jika kadar air berkurang, misalnya akibat pengeringan, perubahan volume yang terjadi adalah akibat berkurangnya air. Jadi, hilangnya kandungan air sama dengan pengurangan volume.
Penentun batas-bats plasti antar lain berguna untuk membedakan kemungkinan dua tanah yang mempunyai geradasi yang sama namun mempunyai sifat yang berbeda. Jika nilai PL dan LL bertambah, di perkirakan butiran tanah senakin halus. Selain itu, telah di ketahui bahwa terdapat hubungan antara PI dan LI dengan kuat geser tanpa-drenase ( undrained strength ). Selisi antara LL dan PL di sebut indeks plastis ( PI ) atau dengan rumus :  PI = LL – PL
Indeks platisitas menyatakan interval kadar air di mana tanah tetap dalam kondisi plastis, dan juga menyatakan relative partikel lempung dalam tanah. Jika PI tinggi, makah tanah banyak mengandung butiran lempung. Jika PI rendah, hal ini terdapat dalam kebanyakan tanah lanau, sedikit pengurangnga kadar air  mengkibatkan tanah menjadi kering. Sebaliknya, bilah kadar air sedikit bertambah, tanah menjadi cair.
Hubungan kadar air di lapangan terhadap LL dan PL juga memperlihatkan jumlah pengurangan kadar air yang mengkibatkan tanah menjadi kering, sengga tanah menjadi basah atau samasekali cair, ataupun tanah menjai kering atau tidak plastis lagi. Umumnya, tanah berbutir halus di lapangan dengan kadar air yang mendekati nilai LL-nya akn lebih lunak dari pada tanah dengan kadar air yang mendekati LL-nya. Pada umumnya, kadar air tanah lenpung, pada kondisi alamnya, terletak pada interval plastis.   

1.4          teori pemadatan tanah
pemadatan merupakan usaha untuk mempertinggi kerapatan tanah dengan pemakaian energi mekanis untuk menghasilkan penempatan partikel. Energi pemadatan lapangan, di lapangan depat di peroleh dari mesin gilas, alat – alat pemadatan getaran, dan dari benda – benda berat yang di jatuhkan. Di laboraterium, contoh uji untuk mendapatkan pengendalian mutu di padatkan dengan menggunakan daya tumbukan ( atau dinamik ), alat penekan, atau tekanan statik yang menggunakan piston dan mesin dan tekanan.
Tujuan pemadatan adalah untuk memperbaiki sifat – sifat teknis massa tanah. Beberapa keuntungan yang di dapatkan dengan adanya pemadatan ini adalah :

1.      Berkurangnya penurunan permukaan tanah ( subsidence ), yaitu gerakan vertikal di dalam massa tanah itu sendiri akibat berkurangnya angka pori.
2.      Mempertinggi kuat geser tanah
3.      Mengurangi permeabilitas
4.      Mengurangi sifat mudah mampat
5.      Mengurangi perubahan volume sebagai akibat berubahan kadar air, dan lain – lain.
Sepesikasi pengendalian untuk pemadatan tanah kohesif telah di kembangkan oleh R.R proctor pada akhir tahun 1920-an. Proctor mendefinisikan empat variable pemadatan tanah, yaitu :
1.  Usaha pemadatan ( atau energy pemadatan )
2.  Jenis tanah ( gradasi, kohesif atau tidak kohesif, ukuran partikel, dan sebagainya )
3.  Kadar air
4.  Berat isi kering ( proctor menggunakan angka pori ) kepadatan tanah di ukur dengan nilai berat volume keringnya ( ), yaitu perbandingan antara berat tanah dengan volumenya setelah di padatkan pada kadar air tertentu. Sifat sifat teknis tanah setelah pemadatan bergantung pada jenis tanah, cara atau pemadatan, dan kadar airnya.

1.4.1           Usaha pemadatan
Energi yang dibutuhkan untuk pemadatan pada pemadatan standar (Standar Proctror Test) oleh Hary C.H.dirumuskan sebagai berikut :


Keterangan :
E      =     Energi pemadatan  (Kg/Cm2)
N     =      Jumlah pukulan perlapis
n     =      Jumlah lapisan
Wp =      Tinggi jatuh palu (Kg)
H    =       Tinggi jatuh palu (Cm)
Vm =       Isi mold/tabung (Cm)

Bila pemadatan persatuan volume tanah berubah, kurva pemadatan juga akan berubah. Cetakan dan penumbukan seperti pada proctor standar digunakan untuk memperoleh kurva-kurva pemadatan tersebut.tetapi jumlah tumbukan perlapis bervariasi mulai dari 20 sampai 50 (tumbukan per lapis). Dengan menggunakan rumus energi pemadatan per satuan volume untuk masing – masing percobaan juga dapat dicari. Hassilnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Nomor
Jumlah tumbukan per lapis
Energi pemadatan (ft-Ib/ft2)
1
20
9.900
2
25
12.375
3
30
14.850
4
50
24.750

·      Ft – Ib/ft2 = 47.88 J/m3
Tabel 2.1 Energi pemadatan berdasarkan jumlah tumbukan
Dari tabel diatas, maka dapat disimpulkan bahwa :

a.    Bila energi pemadatan bertambah, harga berat volume kering maksimum tanah hasil pemadatan juga bertambah, dan
b.    Bila energi pemadatan bertambah, harga kadar air obtimum berkurang.
Pernyataan di atas juga berlaku untuk semua jenis tanah. Tetapi harap dicatat bahwa tingkat kepadatan suatu tanah tidak langsung sebanding (propesional) dengan usaha pemadatannya, untuk desain yang ekonomis di lapangan, suatu harga batas atas dari energi pemadatan harus ditentukan lebih dahulu.

1.4.2    Jenis tanah
Jenis tanh yang diwakili oleh distribusi untuk butirsn ,berat spesifik bagian padat tanah, jumlah serta jenis mineral lempung yang ada pada tanah mempunyai pengaruh besar terhadap harga berat volume kering maksimum dan kadar air optimum dari tanah tersebut. Uji laboratorium di laksanakan sesuai dengan prosedur ASTM Test Designation D-698.
Lee dan Suedkmp (1972) telah mempelajari kurva-kurva pemadatan dari 35 jenis tanah menyimpulkan bahwa pemadatan tanah-tanh tersebut dapat dibedakan hanya menjadi empat tipe umum. Hasilnya dapat dilihat pada gambar 2.1. Kurva pemadatan tipe A adalah kurva yang hanya mempunyai suatu puncak. Tipe ini biasanya pada tanah – tanah yang mempunyai batas cair antara 30 dan 70. Kurva tipe B adalah untuk tipe yang mempunyai puncak ganda. Kurva tipe B dan C dijumpai pada tanah – tanah yang mempunyai batas cair kurang dari 30. Tipe kurva pemadatan D adalah tipe yang mempunyai puncak tertentu yang bisah disebut sebagi tipe berbentuk ganjil. Tanah dengan batas cair lebih besar dari 70 kemungkinan mempunyai bentuk kurva pemadatan seperti tipe C dan tipe D.
 




                                  Tipe A                                                                  Tipe B
                                Bentuk bel                                                     Brpuncak satu setengah


                                                    Kadar air                                                                                                             Kadar air




 



                                  Tipe C                                                                  Tipe D
                                Bentuk bel                                                     Brpuncak satu setengah


                                                    Kadar air                                                                                                             Kadar air

Gambar 2.1 bermacam – macam tipe kurva pemadatan yang sering di jumpai pada tanah

1.4.3    Kadar air
Salah satu indeks terpenting pada penentuan kepadatan tanah berbutir halus khususnya pada tanah lempung kadar air yang dinyatakan dengan rumus :


Dari persamaan ini Ww adalah berat air dan Ws adalah berat bagian pada kering oven. Disini berat air dikaitkan dengan Ws yang merupakan besaran tak berubah dari berat total sampe.apabila campuran tanah air dan air temperaturnya meningkat, campuran ini akan terus-menerus kehilangan kadar airnya,maka pada saat mencapai temperatur yang cukup tinggi mineral penyusun tanah terurai. Oleh karena itu perbandingan kadar air harus menggunakan temperatur pengeringan yang distandarisasi. Standar temperatur oven adalah 105 dan 115 0C.
Kadar air ini dapat diambil sebelum pemadatan untuk diuji kadar airnya yaitu dengan melakukan penumbukan pada sampel tanah dengan variasi kadar air yang berbeda-beda. Dari hasil Percobaan ini dapat ditentukan nilai dari kadar air optimum yaitu kadar air dimana suatu sampel tanah mencapai tingkat kepadatan maksimum.

1.4.4    Berat isi kering
Berat per unit volume atau kita sebut sebagai berat unit γ merupakan salah satu sifat fisi terpenting. Nilai ini harus diketahuai, misalnya, sebelum akan menghitung besarnya tekanan tanah atau tekanan –lapangan (overburden pressure). Dengan definisi
Dimana w adalah berat total tanah termaksuk air dalam tanah dan v adalah volume total. Untuk memudahkan menunjukkan nilai – nilai dapat mudah dilakukan dengan memberikan subskrip. Jika tanahnya jenuh sempurna, yaitu bila Vg = 0, berat unitnya dinyatakan sebagai γ sat . jika tanah kering oven, berat unitnya dituliskan sebagai γd, dinyatakan sebagai berat unit kering atau sebagai pemadatan kering, dan didefenisikan sebagai .
Apabila kadar airnya diketahui,kepadatan kering suatu sampel basah dapat dihitung sebagai berikut.
Pada studi pemadatan tanah kadang – kadang berguna untuk menghitung unit kering yang dapat diperoleh jika volume suatu sampel basah berkurang dengan keluarnya udara sampai derajat kejenuhan sampel mencapai 100 persen. Kondisi ini dinyatakan sebagai pori udara nol. Dalam hal ini berat unitnya.

Dalam penerapannya dilapangan,pemadatan tanah bertalian dengan distribusi suatu beban dengan demikian bila tekanan tanah,apabila beban itu dikenakan pada tanah melalui beban bulat. Karena beban kotak antara ban dan tanh hampir berbentuk lingkaran,maka teori itu dapat diterapkan pada tekanan pada tanah dibawah ban dengan sedikit modifikasi. Gambar 2.2 melukiskan perbandingan angka tekanan kotak tanah pada bermacam-macam kedalaman dibawah permukaan tanah.
                                                    D
                                                          L
 

½ D                                                                      0,6P
D                                                                              0,3 P
D                                                                   0,15 P
2 D                                                                            0,09 P

D  = diameter lingkaran
L  = beban
A  = luas lingkaran
P  = angka tekanan lingkaran
                          Contoh :     
                                                           

Jarak dibawah permukaan
faktor
Tekanan tanah
0
1,00
60,0
5
0,60
36,0
10
0,30
30,0
15
0,15
9,0
20
0,09
5,4









Gambar 2.2 perubahan –perubahan tekanan sesuai dengan kedalaman di bawah suatu beban.
             Berdasarkan gambar 2.2 diatas, maka dalam penerapannya dilapangan untuk menghasilkan pemadatan yang optimum dengan jumlah lewatan yang lebih sedikit sebaiknya digunakan alat pemadat penggilas roda ban dengan tekanan pemompaan yang dapat diubah-ubah.
Untuk pemadatan tanah untuk seluruh tahapan tanah lewatan-lewatan pertama diatas lapisan timbun harus dilakukan dengan tekanan ban yang relatif rendah untuk menambah adaya apapun dan liputan tanah. Akan tetapi, apabila tanah itu telah dipadatkan, tekanan udara di dalam ban harus dinaikkan sampai setinggi nilai maksimumu  yang telah ditentukan untuk lewatan terakhir. Sebelum penggabungan suatu cara pengubahan tekana udara sewaktu penggilisan itu bekerja adalah perlu melakukan tindakan sebagai berikut :
1.  Mengubah tekanan dalam ban
2.  Mengubah bobot pemberat pada penggilas, atau
3.  Menempatkan beberapa penggilas dengan berat dan tekanan ban pada suatu proyek agar dapat menyediakan alat – alat untuk memenuhi keperluan – keperluan khusus suatu kondisi pemadatan tertentu.

1.5         Spesifikasi tanah dasar jalan
Spesifikasi Teknis untuk pekerjaan jalan yang dilakukan oleh Bina Marga Tahun 2010 menentukan syarat bahan timbunan badan jalan sebagai berikut :
a.    Bahan untuk timbunan biasa
-            Bahan sebaiknya tidak berplastisitas tinggi yang diklasifikasikan sebagai CH menurut USCS (Unified Soil Clasification System).
-            Nilai SBR tidak kurang dari 6% setelah perendaman 4 hari dan dipadatkan 100% kepadatan kering maksimum.
-            Tanah yang sangat expansive yang memiliki nilai aktif lebih besar dari 1,25 tidak boleh digunakan. Nilai aktif adalah perbandingan antara indeks plastis (SNI 03-1966-1989) DAN PRESENTASE KADAR LEMPUNG (sni 03-3422-1994)
b.    Bahan untuk timbunan pilihan
Memenuhi semua ketentuan bahan timbunan tanah biasa, dan sebagai tambahan  adalah :
-            Nilai SBR tidak kurang dari 10 % setelah perendaman 4 hari dan didapatkan 100% kepadatan kering maksimum.
-            Pada kondisi berair yang tidak dapat dihindari harus berupa bahan berbutir bersih, pasir, atau krikil dengan indeks plastis maksimum 6%
Bahan tanah timbunan pada bagian sampai dengan kedalaman 30 Cm harus dipadatkan hingga 100% kepadatan kering maksimum,dan kedalaman lebih dari itu,kepadatanya hanya boleh 95 % dari kepadatan maksimumnya.
1.6   Alat pemadatan di lapangan
Pemadatan di capai dengan menerapkan energi pada tanah dengan satu atau lebih cara-cara berikut :
1.    Gerakan merembes
2.    Berat static
3.    Getaran
4.    Benturan
5.    Ledakan
Sedangakan alat-alat yang sering digunakan untuk pemadatan di lapangan yaitu :
a.    Penggilas permukaan halus (penggilas bentuk drum)
b.    Penggilas kaki kambing dan,
c.    Penggilas getar.
Penggilas besi berpermukaan halus cocok untuk meratakan permukaan tanah dasar (subgrades) dan untuk pekerjaan penggilasan akhir pada timbunan tanah pasir atau lempung. Penggilas tipe ini dapat memadatkan 100% luasan muka tanah yang dimulai rodanya dengan tekanan kotak antara tanah dan roda sebesar antara 45 sampai 55 psi (antara 310 sampai 380 Kn/m2).penggilas tipe ini tidak cocok untuk pekerjaan mengiginkan tingkat pemadatan yang tinggi pada lapisan tebal.
Pengilas ban karet dalam banyak hal masih lebih baik dari pada penggilas besi permukaan halus. Penggilas ban karet ini pada dasarnya merupakan sebuah kareta berbuatan berat dan beroda karet yang tersusun dalam beberapa baris .Baris – baris ban karet ini bergerak dekat satu sama lain dimana pada setiap baris ban terdapat empat sampai enam buah ban. Tekanan kontrak di bawah ban berkias antara 85 sampai 100 psi.(585 sampai 690 Kn/m2), dan baris-baris ban tersebut memadatkan antara 70 sampai 80%luasan tanah yang di mulai penggilas. Penggilas ban karet dapat digunakan pada pemadatan tanah lempung.Pemadatan di capai dari kombinasi antara tekanan dan” kheading action “ (pemadatan dengan merembes –rembes).
Penggilas kaki-kambing adalah berupa silinder (drum) yang mempunyai banyak kaki yang menjulur ke luar dari drum. Kaki – kaki ini mempunyai luas proyeksi penampang sekitar 4 sampai 13 in2. (25 sampai 85 cm2). Alat ini sangat efektif untuk memadatkan tanah lewmpung . Tekanan kontak di ujung kaki – kaki kambing dapat mencapai antara 200 sampai 1000 psi (1380 sampai 6900 kn/m2) pada waktu pemadatan di dilapangan,mula-mula pada awal lintasan bagian tanah yang dipadatkan ialah bagian sebelah bawah dari mula-mula pada awal lintasan bagian tanah yang dipadatkan ialah bagian sebelah bawah dari “lift”.catatan suatu timbunan tanah tidak langsung dipadatkan setinggi timbunan tersebut, tetapi di hamparkan selapis demi selapis dan setiap lapis itu di padatkan  setinggi timbunan tersebut,tetapi dihamparkan selapis demi selapis dan setiap lapis di padatkan dengan baik. Setiap lapisan tersebut “lif”. Pada lintasan berikutnya barulah tanah dibagian tengah dan atas dari lift ikut terpadatkan.
Penggilas getaran sangat berbeda untuk pemadatan tanah berbutir (pasir ,kerikil,dan sebagainya). Alat getar dapat saja dipasang pada penggilas basi berpermukaan halus,penggilas ban karet, atau pada penggilasan kaki-kambing untuk menghasilkan gerakan pada tanah. Getaran yang dihasilkan dari berputarnya suatu beban yang tidak sentris.
Pelat getar yang dioprasikan dengan tangan sangat efektif dalam pemadat tanah yang berbutir bila ruang yang terbatas . Model pelat penggetar seperti ini ada yang dilengkapi dengan mesin yang dapat menggetarkan pelat sekaligus. Mesin seperti ini dapat di gunakan pada tempat-tempat di mana ruang getaranya lebih leluasa tetapi tidak cukup leluasa untuk penggilasan getar yang besar.

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 LOKASI PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di laborateriumtanah jurusan teknik sipil politeknik negeri ujung pandan.
3.2 JENIS PENGUJIAN
Jenis pengujian yang dilakukan pada penelitian ini adalah :
1.    Analisa ukuran butir tanah
2.    Pengujian pemadata standar dengan bervariasi kadar air
3.    Pengujian pemadata standar dengan bervariasi tumbukan
4.    CBR laboraterium

3.3 Tahapan Penelitian
Penelitian ini di lakukan dengan metode sebagai berikut :

1.    Pengambilan sampel tanah
Diambil sebanyak satu sampel tanah yang secara visual diklasifikasi, sampel diambil dari satau lokasi yaitu sampel di ambil dari sungai jene berang,Makassar, sampel tadi untuk mendapatkan  jenis  kandungan tanah.

2.    Analisa ukuran tanah
Pengujian analisa ukuran tanah yang dilakukan adalah pengujian ukuran butir,indeks plastik, dan berat volume tanah.

3.    Klasifikasi tanah ( pengelompokan jenis tanah )
Pengujian klasifikasitanah yang di lakukan, agar dapat membagi tanah tersebut kedaam kelompok kelompok yang mempunyai sifat tingkah laku yang umum,setelah di peroleh keadaan yang paling sesua untuk contoh tanah bersangkutan, klasifikasinya dicari dengan cara sebagai berikut:
-          menghitung keofisien keseragaman dan koefisien kelengkungannya atau
-          menggunakan Attarberg limits
4.    Pengujian pemadata standar dengan bervariasi kadar air dilakukan agar dapat membandingkan energy kepadatan tanah terhadap pengaruh kadar air.
5.    Pengujian pemadata standar dengan bervariasi tumbukan dilakukan agar dapat mengetahui perubahan kepadatan tanah akibat bemberian energi yang berbeda.
6.    CBR laboraterium dilakukan agar mendapat nilai daya dukung tanah dalam keadaan padat maksimum.

6.4  Kebutuhan bahan dan Alat Pengujian
Alat yang diperlukan untik pengujian (Analisa ukuran butir tanah, Pengujian pemadata standar dengan bervariasi kadar air, Pengujian pemadata standar dengan bervariasi tumbukan, CBR laboraterium )
-          Oven dengan pengtur suhu sampai ( 110 ± 5 )° c
-          Timbangan dengan ketelitian 0,01 gr
-          Timbangan kapasitas 10 kg dengan ketelitian 1gr
-          Talam – talam dan cawan - cawan
-          Ayakan : 3”,2”,1½”,¾”,½”,NO.8,NO.30,NO.50,NO.100,NO.200,pan.
-          Mangkok cassagrande
-          Grooving tool
-          Spatula
-          Plat kaca
-          Tabung untuk pengukuran berat volume
Untuk pengujian pemadatan digunakan peralatan :
-          Cetakan Ø 102 mm dengan tinggi 11,5 cm
-          Penumbuk Ø 50,8 mm berat 2,5 kg, tinggi jatuh 30 cm
-          Pengeluar contoh ( ekstruder )
-          Timbangan kapasitas  11,5 kg ketelitian 5 gr
-          Oven dengan pengaturan suhu sampai ( 110 ± 5)°c
-          Alat peralata dari besipanjang 25 cm
-          Saringan 50 mm,19mm,dan 4,75mm
-          Talam-talam, cawan –cawan,dan alat pengaduk

6.5 prosedur pengujian

1.     analisa saringan
-          sampel tanah dikeringkan di dalam oven.
-          Menyaring sampel tanah dengan memakai susunan saringan dengan ukuran saringan 3”, 2”, 1½”, ¾”, ½”, NO.8, NO.30, NO.50, NO.100, NO.200, pan
-          Saringan di guncang dengan menggunakan mesin pengguncan selama ± 15 menit.
-          Benda uji yang tertahan pada masing masing saringan di timbang.

2.    Batas cair
-           menyiapkan sampel tanah yang lolos saringan No. 40
-          menempatkan dalam cawan porseline dan campur dengan air suling.
-          mengaduk dengan sepatula diatas pelat kaca hingga homogen.
-          Meratakan permukaan contoh tanah dalam cawan sehingga sejajar dengan alas.
-          Membuat alur  pada contoh tanah tersebut dengan menggunakan grooving tool,
-          Dengan alat pemuter,mengangkat dan menurunkan cawan  dengan kecepatan 2 putaran / detik .
-          Menghentikan putaran jika alur sudahtertutup sepanjang ± 1,25 cm dan hitung berapa kekuatan yang di butuhkan .
-          Mengambil contoh tersebut sebagagai untuk di periksa kadar airnya.
-          Ualangi percobaan di atas dengan kadar air yang berbeda.
-          Jumlah ketukan yang di harapkan, yaitu.
a.    10-20 ketukan
b.    20-30 ketukan
c.    30-40 ketukan
d.    40-50 keukan

3.          Pengujian nilai CBR Laboratorium
-          Siapkan contoh tanah yang lolos ayakan no 4 seberat kira-kira 3 kg.
-          Campur bahan tersebut dengan air sampai kadar optimum yang dikehendaki.
-          Pasang cetakan pada keping atas dan timbung.
1.    Pasang leher cetakan dan masukkan kertas saring kedalam mold
2.    Pemadatan bahan tersebut didalam cetakan sesuai dengan cara srtandar. Bila benda uji akan direndam pemeriksaan kadar airnya dilakukan sebelum dipadatkan. Bila benda uji tersebut tidak terendam makan pemeriksaan kadar airnya dilakukan dari cetakan
3.    Buka leher sambung dan ratakan contoh dengan alat perata,tebal lubang-lubang yang mungkin terjadi pada permukaan dan ratakan.
4.    Untuk pemeriksaan CBR langsung,benda uji ini telah siap untuk diperiksa. Bila dikehendaki CBR yang direndam (soaked CBR) harus dilakukan  langkah – langkah sebagai berikut.
a.    Pasang keeping pengembang diatas benda uji dan kemudian pasan keping pemberat yang dikendaki (seberat 4,5 kg/10 lbs) atau sesuai dengan keadaan beban perkerasan.
b.    Rentam cetakan beserta beban didalam air hingga air dapat meresap dari atas maupun dari bawah
c.    Pasang tripot beserta arloji pengukur pengembangan.Catat pembacaan pertama dan biarkan benda uji selama 96 jam (4x24 jam). Permukaan air selama merendam harus tetap (kira-kira 2,5 cm diatas permukaan benda uji ) pada akhir pemadatan catat pembacaan arloji pengembangan.
d.    Cetakan dikeluarkan dari bak air dan dimiringkan 15 menit sehingga air bebas mengalir habis. Jagalah agar selama pengeluaran air permukaan benda uji terganggu.
e.    Beban diambil keeping alas kemudian cetakan beserta isinya ditimbang,benda uji SBR yang direndam telah siap untuk diperiksa
5.    Keping pemberat diletakkan diatas benda uji seberat minimal 4,5 kg(10 pound) atau sesuai dengan beban perkerasan.
6.    Untuk benda uji yang direndam beban harus sama dengan beban yang dipergunakan waktu perendaman letakkan pertama-tama keepingpemberat 2,25 kg (5 pound) untuk mencegah mengembangnya permukaan benda uji pada bagian lubang keeping pemberat. Pemberat selanjutnya dipasang setelah torak disentuhkan pada permukaan uji .
7.    Kemudian atur torak penetrasi pada permukaan benda uji sehingga arloji beban menunjukkan beban permukaan sebesar 4,5 kg (10 pound). Pembebanan permukaan diperlukan untuk menjamin permukaan bidang sentu yang sempurna antara torak dengan permukaan benda uji. Kemudian arloji penunjuk beban dan arloji pengukur penetrasi di nolkan.
8.    Pembebanan diberikan dengan teratur sehingga kecepatan penetrasi mendekati keempat 1,25 mm (0,05”);0,187mm (0,075”); 2,5 mm (0,10”); 3,75 mm (0,15”) ; 5mm (0,20”); 7,5 mm (0,30”); 10 mm (0,40”);12,5 mm(0,50”).
9.    Catat benda maksimum dan penetrasinya bila pembebanan maksimum terjadi sebelum penetrasi 12,50 mm (0,5”).
10. Beban uji dikeluarkan dari cetakan dan kadar airnya ditentukan
11. Pengambilan beban ukji untuk kadar air sekurang-kurangnya 100 gram untuk tanah berbutir halus dan sekurang-kurangnya 500 gram untuk tanah berbutir kasar.



















2 komentar:

  1. terimakasih atas uraianya tentang jenis tanah nya
    ini sangat bermanfaat sekali

    BalasHapus
  2. Caesars Casino Resort is hiring new people - Dr.MCD
    In the wake of the coronavirus pandemic, Caesars has set up a 광양 출장안마 new 남원 출장안마 hiring 구미 출장샵 and hiring agency. In 군산 출장샵 the wake 서귀포 출장샵 of the coronavirus pandemic, Caesars

    BalasHapus